Revisi
MELAYANI BUKAN DILAYANI
Scriptwriter : Maureen
Sinopsis : Perbandingan antara seorang kaya yang ingin dilayani (Ibu Sugih) dan seorang miskin (Ibu Siti - baru menjadi kristen) yang tulus melayani… dan seorang pelayan yang menjadi teladan (Tante Melan = Oma lansia pada judul Keluarga di dalam Tuhan)
Pemain :
Ibu Siti : 30 tahun
Ibu Sugih : 35 tahun
Satpam/Petugas Kebersihan : 30 tahun
Setting : Salah satu ruang di gereja yang digunakan sebagai tempat pengumpulan dana sosial bagi kemanusiaan/bencana alam
(Pintu ruang penyimpanan dana bantuan social terbuka. Di dalamnya ada setumpuk barang bantuan social yang belum dirapikan untuk disalurkan. Ibu Siti masuk sambil menyeret sekarung barang sumbangan. Diberi efek suara menyeret karung, dan ibu Siti ngos-ngosan.)
(Ibu Siti menyeret karung ke sudut ruangan, lalu mengeluarkan isinya satu per satu. Disatukan, ada indomie, odol, sabun, minyak, dll. Lalu menyeka keringat, sambil melongok ke luar pintu, dan bergumam sendiri sambil melirik jam tangan.)
SITI :
Kok belum ada siapa-siapa di sini, ya? Janjiannya kan jam setengah dua…
(Satpam / petugas kebersihan lewat. Siti menyapa)
SITI :
Pak, liat Tante Melan, nggak?
SATPAM/PETUGAS KEBERSIHAN :
Kayaknya belum datang, Bu.
(Siti terlihat kecewa, lalu melihat jam tangannya –lalu menghela napas)
SITI :
Sebaiknya, sumbangan-sumbangan ini langsung dibereskan saja, yaa… Daripada nunggu kelamaan…
(Siti masuk ke dalam ruangan. Dari kejauhan tampak Bu Sugih berjalan masuk sambil membawa kantong kresek. Pakaiannya mewah, pakai aceesories seperti gelang, kalung, anting, dll yang berkilauan. Pakai kacamata berwarna merah menyala – berbentuk hati – lipstick dan kacamata warnanya sama)
(Bu Siti di dalam ruangan, sedangkan Bu Sugih mengintip ke dalam ruangan)
SUGIH :
Wuooowww… Mau ada acara apa, ini?
(Bu Siti tersenyum sambil menyapa ramah, sambil menunjuk kantong kresek yang dibawa Bu Sugih)
SITI :
Pengumpulan dana untuk korban bencana alam, Bu… Ibu mau memberikan sumbangan, ya?
(Bu Sugih menjawab dengan nada tinggi dan suara khas ibu nyinyir)
SUGIH :
Diiiiih… Nyumbang kok cuma sekantong kresek… Bukan gue banget, siiih… (mengibas rambutnya) Dengerin, yee… Sesuai dengan nama gue, Sugih, yang artinya kayaraya… Jadi, kalo gue mau nyumbang, tuh segini… Satu truk besar! Bukan sekantong kresek… (memperagakan sumbangan yang sangat banyak) Ngomong-ngomong, Ibu siapa ya? Jemaat baru di sini ya?
(Siti jadi salah tingkah)
SITI :
Anu, eh… iya… Nama saya Siti. Beberapa minggu lalu saya diajak Tante Melan untuk ikut pelayanan… Ini memang baru pertama kali saya pelayanan, Bu.
(Bu Sugih mendengus - melirik-lirik sambil menggerutu)
SUGIH :
Huuuhh… benar dugaan gue… Orang baru. Hebat juga, ya… kalau ada orang baru langsung diajak-ajak ikut pelayanan. Jemaat lama malah dilupain…
SITI :
Emang kenapa, Bu? Ibu dilupain?
SUGIH :
Ya, gitu deeeh… Sudah lumayan lama gue nggak sempat kebaktian di sini… Biasa, ke gereja tetangga yang rame dan senang bertepuk-tangan itu… Tapi, pengurus di sini sih, kayaknya nggak peduli… Buktinya, nggak ada nanya gue… nggak ada yang jenguk gue… apalagi besuk… Padahal, gue ini nih… Paling rajin ngasih perpuluhan… Apalagi kalau ada sumbangan-sumbangan… Gue ini penyumbang nomor satu, boo…
(Bu Siti nelen ludah. Bingung jawabnya)
SITI :
Ooh… Jadi Ibu ingin dibesuk, ya? Nanti saya sampaikan ke Tante Melan…
(Bu Sugih salah tingkah)
SUGIH :
E-eh… Bukan itu juga sih, maksudnyeee...
(Siti melirik jam tangannya – ekpresinya gelisah)
SITI :
Tante Melan kok masih belum datang ya?
(suara langkah kaki mendekat. Pak Satpam berlari-lari menghampiri Siti)
SATPAM/PETUGAS KEBERSIHAN :
Bu. Barusan anak Tante Melan menelepon, katanya Tante Melan nggak bisa datang. Tadi waktu mau berangkat ke gereja, Tante Melan jatuh. Sekarang sedang di bawa ke rumah sakit. Trus, Tante Melan titip pesan untuk Bu Siti, agar barang-barang bantuan sosialnya langsung diberesin aja, lalu datanya dilaporkan ke sekretariat.
SITI :
Astaga-naga. Lalu, gimana keadaan Tante Melan, Pak? Di bawa ke rumah sakit mana?
SATPAM :
Wah, saya kurang tau, Bu. Cuma dititipin pesan itu saja.
(Bu Sugih berekspresi terkejut – lalu menghela napas panjang)
SUGIH :
Haduuh… Tante Melan masuk rumah sakit? Keadaannya gimana ya? Tante Melan kan sudah tua banget… Udah gitu, masih sempat-sempatnya menelepon Bu Siti demi mengurus bantuan social seperti ini. Tante Melan memang luar biasa!
(Bu Siti berbicara – mengucapkan dialog dibawah sambil bekerja… memeriksa dan mencatat barang-barang sumbangan di atas kertas yang akan diserahkan ke secretariat. Sebagian dimasukan ke dalam kardus diberi tulisan dengan spidol dan dilakban)
SITI :
Yah, itulah pelayan Tuhan yang benar, Bu. Waktu saya ikut katekisasi beberapa bulan lalu, Pak Pendeta mengingatkan saya, bahwa ketika kita menjadi anak Tuhan, kita harus bisa meneladani Kristus… Makanya ketika kita melayani di gereja, kita juga diminta untuk melayani dengan sepenuh hati… bukan setengah hati… Yang dilakukan Tante Melan memang luar biasa. Walaupun sudah lansia, beliau selalu bersyukur atas setiap anugrah yang diterimanya, baik itu anugrah kesehatan, umur panjang, anak yang sukses, cucu-cucu yang manis… Ucapan syukur itulah yang ia wujudkan dalam bentuk pelayanan. Tekad beliau adalah meneladani Kritus dengan menjadi pelayan yang melayani bukan dilayani.
(Bu Sugih bengong)
SUGIH :
Emangnya, Bu Siti baru aja ikut katekisasi?
SITI :
Iya. Saya ini dulu karyawan Tante Melan, Bu. Dulu saya bukan beragama Kristen. Tapi, karena melihat sikap dan kebiasaan Tante Melan yang luar biasa dan diberkati, saya jadi tergerak untuk ikut mengenal Kristus… Kalau melihat Tante Melan yang selalu bersukacita dalam suka dan duka…. Sepertinya ikut Tuhan itu enak banget…
(Bu Sugih bengong, menunduk, salah tingkah, lalu membetulkan kacamatanya)
SUGIH :
Iya… Betul itu… Pendapat Bu Siti itu benar sekali… Duh… Gue jadi malu. Padahal, gue sudah lebih lama ikut Tuhan…. Gue tuh dibaptis sejak bayi, trus mengaku percaya sejak masih kuliah… Tapi, gue bukannya ikut membantu melayani, eh… malah minta dilayani… minta dibesuk, hehehe… jadi malu…
SITI :
Kalau begitu, gimana kalau Bu Sugih ikut pelayanan lagi… Misalnya masuk tim pelawatan bersama Tante Melan. Jadi bisa ikut melawat anggota jemaat yang sudah jarang datang, agar bisa kembali beribadah di gereja lagi…
SUGIH :
Hmmm… Bener juga ide loe itu! Gue ini kan termasuk jemaat yang jarang datang… jemaat yang terhilang… jadi, gue ngertilaah, kira-kira apa yang musti gue omongin untuk nyadarin mereka-mereka yang sudah jarang datang ke gereja ini…
SITI :
Syukurlah kalau begitu. Nanti saya bilangin ke Tante Melan, kalau Bu Sugih mau ikut melayani di pelawatan, ya…
(mematikan AC dan lampu… membawa beberapa lembar catatan untuk diberikan ke secretariat, dan bersiap untuk mengunci pintu)
SITI :
Nah, seperti sudah selesai nih… Saya mau ke sekretariat, lalu mencari kabar tentang Tante Melan… Supaya bisa segera menjenguk ke rumah sakit.
(Bu Sugih salah tingkah)
SUGIH :
Iya… eh, Bu Siti mau langsung menjenguk ke rumah sakit?
(Siti mengangguk)
SITI :
Iya.
(Bu Sugih tersenyum ramah - rendah hati)
SUGIH :
Anu…. Bu Siti mau naik apa ke rumah sakit?
SITI :
Yah, paling juga naik angkot, Bu…
SUGIH :
Kalau begitu, gimana kalau saya antar…
SITI :
Serius Bu?
SUGIH :
Serius, dong… Lagian, saya kan sudah lama nggak ikut pelayanan… Nengok Tante Melan yang mendadak masuk rumah sakit, kan juga bagian dari pelayanan…
SITI :
Wah… Mantap deh, kalau begitu…
(Bu Sugih menepuk-nepuk punggung Bu Siti. Lalu berbicara dengan penuh semangat dan berapi-api – untuk tutup adegan akhir)
SUGIH :
Iya dong… Seperti tekad Tante Melan dan Bu Siti, menjadi anak Tuhan harus melayani bukan dilayani… Jadi, hari ini gue mantepin tekad gue untuk melayani dengan sungguh hati. Sekarang juga gue mau pelayanan lagi, dan yang pertama kali gue lakukan adalah membesuk Tante Melan…
**********
SELESAI
===================================
MELAYANI BUKAN DILAYANI
Scriptwriter : Maureen
Sinopsis : Perbandingan antara seorang kaya yang ingin dilayani (Ibu Sugih) dan seorang miskin (Ibu Siti - baru menjadi kristen) yang tulus melayani… dan seorang pelayan yang menjadi teladan (Tante Melan = Oma lansia pada judul Keluarga di dalam Tuhan)
Pemain :
Ibu Siti : 30 tahun
Ibu Sugih : 35 tahun
Satpam/Petugas Kebersihan : 30 tahun
Setting : Salah satu ruang di gereja yang digunakan sebagai tempat pengumpulan dana sosial bagi kemanusiaan/bencana alam
(Pintu ruang penyimpanan dana bantuan social terbuka. Di dalamnya ada setumpuk barang bantuan social yang belum dirapikan untuk disalurkan. Ibu Siti masuk sambil menyeret sekarung barang sumbangan. Diberi efek suara menyeret karung, dan ibu Siti ngos-ngosan.)
(Ibu Siti menyeret karung ke sudut ruangan, lalu mengeluarkan isinya satu per satu. Disatukan, ada indomie, odol, sabun, minyak, dll. Lalu menyeka keringat, sambil melongok ke luar pintu, dan bergumam sendiri sambil melirik jam tangan.)
SITI :
Kok belum ada siapa-siapa di sini, ya? Janjiannya kan jam setengah dua…
(Satpam / petugas kebersihan lewat. Siti menyapa)
SITI :
Pak, liat Tante Melan, nggak?
SATPAM/PETUGAS KEBERSIHAN :
Kayaknya belum datang, Bu.
(Siti terlihat kecewa, lalu melihat jam tangannya –lalu menghela napas)
SITI :
Sebaiknya, sumbangan-sumbangan ini langsung dibereskan saja, yaa… Daripada nunggu kelamaan…
(Siti masuk ke dalam ruangan. Dari kejauhan tampak Bu Sugih berjalan masuk sambil membawa kantong kresek. Pakaiannya mewah, pakai aceesories seperti gelang, kalung, anting, dll yang berkilauan. Pakai kacamata berwarna merah menyala – berbentuk hati – lipstick dan kacamata warnanya sama)
(Bu Siti di dalam ruangan, sedangkan Bu Sugih mengintip ke dalam ruangan)
SUGIH :
Wuooowww… Mau ada acara apa, ini?
(Bu Siti tersenyum sambil menyapa ramah, sambil menunjuk kantong kresek yang dibawa Bu Sugih)
SITI :
Pengumpulan dana untuk korban bencana alam, Bu… Ibu mau memberikan sumbangan, ya?
(Bu Sugih menjawab dengan nada tinggi dan suara khas ibu nyinyir)
SUGIH :
Diiiiih… Nyumbang kok cuma sekantong kresek… Bukan gue banget, siiih… (mengibas rambutnya) Dengerin, yee… Sesuai dengan nama gue, Sugih, yang artinya kayaraya… Jadi, kalo gue mau nyumbang, tuh segini… Satu truk besar! Bukan sekantong kresek… (memperagakan sumbangan yang sangat banyak) Ngomong-ngomong, Ibu siapa ya? Jemaat baru di sini ya?
(Siti jadi salah tingkah)
SITI :
Anu, eh… iya… Nama saya Siti. Beberapa minggu lalu saya diajak Tante Melan untuk ikut pelayanan… Ini memang baru pertama kali saya pelayanan, Bu.
(Bu Sugih mendengus - melirik-lirik sambil menggerutu)
SUGIH :
Huuuhh… benar dugaan gue… Orang baru. Hebat juga, ya… kalau ada orang baru langsung diajak-ajak ikut pelayanan. Jemaat lama malah dilupain…
SITI :
Emang kenapa, Bu? Ibu dilupain?
SUGIH :
Ya, gitu deeeh… Sudah lumayan lama gue nggak sempat kebaktian di sini… Biasa, ke gereja tetangga yang rame dan senang bertepuk-tangan itu… Tapi, pengurus di sini sih, kayaknya nggak peduli… Buktinya, nggak ada nanya gue… nggak ada yang jenguk gue… apalagi besuk… Padahal, gue ini nih… Paling rajin ngasih perpuluhan… Apalagi kalau ada sumbangan-sumbangan… Gue ini penyumbang nomor satu, boo…
(Bu Siti nelen ludah. Bingung jawabnya)
SITI :
Ooh… Jadi Ibu ingin dibesuk, ya? Nanti saya sampaikan ke Tante Melan…
(Bu Sugih salah tingkah)
SUGIH :
E-eh… Bukan itu juga sih, maksudnyeee...
(Siti melirik jam tangannya – ekpresinya gelisah)
SITI :
Tante Melan kok masih belum datang ya?
(suara langkah kaki mendekat. Pak Satpam berlari-lari menghampiri Siti)
SATPAM/PETUGAS KEBERSIHAN :
Bu. Barusan anak Tante Melan menelepon, katanya Tante Melan nggak bisa datang. Tadi waktu mau berangkat ke gereja, Tante Melan jatuh. Sekarang sedang di bawa ke rumah sakit. Trus, Tante Melan titip pesan untuk Bu Siti, agar barang-barang bantuan sosialnya langsung diberesin aja, lalu datanya dilaporkan ke sekretariat.
SITI :
Astaga-naga. Lalu, gimana keadaan Tante Melan, Pak? Di bawa ke rumah sakit mana?
SATPAM :
Wah, saya kurang tau, Bu. Cuma dititipin pesan itu saja.
(Bu Sugih berekspresi terkejut – lalu menghela napas panjang)
SUGIH :
Haduuh… Tante Melan masuk rumah sakit? Keadaannya gimana ya? Tante Melan kan sudah tua banget… Udah gitu, masih sempat-sempatnya menelepon Bu Siti demi mengurus bantuan social seperti ini. Tante Melan memang luar biasa!
(Bu Siti berbicara – mengucapkan dialog dibawah sambil bekerja… memeriksa dan mencatat barang-barang sumbangan di atas kertas yang akan diserahkan ke secretariat. Sebagian dimasukan ke dalam kardus diberi tulisan dengan spidol dan dilakban)
SITI :
Yah, itulah pelayan Tuhan yang benar, Bu. Waktu saya ikut katekisasi beberapa bulan lalu, Pak Pendeta mengingatkan saya, bahwa ketika kita menjadi anak Tuhan, kita harus bisa meneladani Kristus… Makanya ketika kita melayani di gereja, kita juga diminta untuk melayani dengan sepenuh hati… bukan setengah hati… Yang dilakukan Tante Melan memang luar biasa. Walaupun sudah lansia, beliau selalu bersyukur atas setiap anugrah yang diterimanya, baik itu anugrah kesehatan, umur panjang, anak yang sukses, cucu-cucu yang manis… Ucapan syukur itulah yang ia wujudkan dalam bentuk pelayanan. Tekad beliau adalah meneladani Kritus dengan menjadi pelayan yang melayani bukan dilayani.
(Bu Sugih bengong)
SUGIH :
Emangnya, Bu Siti baru aja ikut katekisasi?
SITI :
Iya. Saya ini dulu karyawan Tante Melan, Bu. Dulu saya bukan beragama Kristen. Tapi, karena melihat sikap dan kebiasaan Tante Melan yang luar biasa dan diberkati, saya jadi tergerak untuk ikut mengenal Kristus… Kalau melihat Tante Melan yang selalu bersukacita dalam suka dan duka…. Sepertinya ikut Tuhan itu enak banget…
(Bu Sugih bengong, menunduk, salah tingkah, lalu membetulkan kacamatanya)
SUGIH :
Iya… Betul itu… Pendapat Bu Siti itu benar sekali…
(mematikan AC dan lampu… membawa beberapa lembar catatan untuk diberikan ke secretariat, dan bersiap untuk mengunci pintu)
SITI :
Nah, seperti sudah selesai nih… Saya mau ke sekretariat, lalu mencari kabar tentang Tante Melan… Supaya bisa menjenguk ke rumah sakit.
(Bu Sugih salah tingkah)
SUGIH :
Iya… eh, Bu Siti mau langsung menjenguk ke rumah sakit?
(Siti mengangguk)
SITI :
Iya.
(Bu Sugih tersenyum ramah, semi salah tingkah / malu hati - rendah hati)
SUGIH :
Anu…. Bu Siti mau naik apa ke rumah sakit?
SITI :
Yah, paling juga naik angkot, Bu…
SUGIH :
Kalau begitu, gimana kalau saya antar…
SITI :
Serius Bu?
SUGIH :
Serius, dong… Lagian, saya kan sudah lama nggak ikut pelayanan… Nengok Tante Melan yang mendadak masuk rumah sakit, kan juga bagian dari pelayanan…
SITI :
Wah… Kalau begitu, Bu Sugih nggak perlu dibesuk lagi …?
(Bu Sugih menepuk-nepuk punggung Bu Siti)
SUGIH :
Iya dong… Seperti tekad Tante Melan dan Bu Siti, menjadi anak Tuhan harus melayani bukan dilayani… Jadi, saya nggak perlu dibesuk… sekarang saya yang mau membesuk Tante Melan…
**********
SELESAI