Bersyukur atas Pekerjaanku
Scriptwriter : Maureen
Sinopsis : Seorang penjual kue yang selalu bersyukur
Pemain :
Bu Watik : 30 th (penjual kue di depan gereja)
Mpok Lela : 35 th (jemaat kaya yang sombong)
Setting : Trotoar tempat PKL berjualan – kurang lebih di depan gereja
(Bu Watik masuk panggung sambil menggendong / membawa dagangan kue – dan berteriak-teriak)
WATIK
Kueeeee…. Kueeeee…. Kue, Bu… Mumpung masih hangat…
(Bu Watik menawarkan kuenya pada jemaat yang duduk di kursi paling depan. Lalu berjalan lagi, sambil berteriak-teriak)
WATIK
Kueeeee…. Siapa mau beli kue enak, hangat, nggak pakai formalin, borak, pewarna tekstil…. E-eh, serius! Kue-kue ini asli bikinan saya… Saya kerjakan sejak tadi malam… Yah, namanya juga orang kecil… Mau dapat uang sedikit saja, harus bekerja mati-matian siang dan malam… Kueeee… Kueeeee…. Mau beli kue?!
(Bu Watik duduk di tangga, sambil kipas-kipas… mengelap keringat.)
WATIK
Istirahat dulu, ah…
(Mpok Lela (ceritanya baru keluar dari ruang kebaktian) berpakaian mewah, dengan anting besar, gelang kalung cincin berkilauan dan berkemerincing. Pakai tas besar yang gaya, berjalan sambil melenggak – lenggok centil dan ceriwis. Lalu melirik Watik dengan pandangan menghina/meremehkan)
MPOK LELA
Tuhan itu memang baik… Aku diberkati luar biasa… Walaupun jadi janda, yah jadi janda kaya… Hidup bergelimangan harta… Mau beli apa aja, tinggal pilih… Untung nasibku nggak seperti penjual kue itu…
(Watik menawarkan kue)
WATIK
Kue, Bu… Mumpung masih hangat… fresh from the oven…
MPOK LELA
Hmm… boleh deh… Berbagi berkat untuk orang yang kurang diberkati ini…
(Mpok Lela membuka dompet, memilah-milah lembaran uang kertas 100 ribuan, untuk kipas-kipas)
MPOK LELA
Aku mau kue ini, kue itu, kue yang di sono… trus semua kripik ini… Jadi berapa? (menunjuk-nunjuk kue, lalu mengipas-ngipas dengan lembaran uang rp. 100 ribuan)
WATIK
Jadi 30 ribu, Bu… Terima kasih
(menerima uang dengan bersyukur)
MPOK LELA
Hmm… Kamu senang jadi tukang kue yang cuma begini-begini aja?
WATIK
Ya harus senang, Bu. Kan Tuhan juga yang menyuruh kita untuk selalu bersyukur di saat senang maupun susah…
MPOK LELA
Ciiih… Kalau aku mah, mana bisa bersyukur dengan menjadi seorang penjual kue saja… Nggak cukup buat hidup…
WATIK
Yah… Puji Tuhan, Bu… Tuhan selalu mencukupkan keluarga kami, walaupun hanya dengan menjadi penjual kue… Kami nggak pernah diberi masalah, penyakit, atau kesulitan… Tuhan membuat semuanya cukup, pas dan tepat pada waktunya….
(Mpok Lela terkejut mendengar jawaban Watik)
MPOK LELA
Wah… wah… Kaget benar saya, ada yang bisa bersyukur dengan semua keterbatasan yang kamu miliki…
(Mpok Lela berbicara menghadap jemaat, seperti merenung/menerawang)
MPOK LELA
Benar… benar… Tuhan memang adil… Kita yang punya harta dan uang berlebih, kadang masih saja sulit beryukur… Kadang kala, kita bahkan bisa tertimpa masalah atau musibah… yang harus mengeluarkan banyak uang, tenaga, pemikiran, hingga air mata…
Walaupun pada akhirnya, Tuhan tetap akan menolong dan membereskan semua masalah itu…
Tapi…. kalau melihat nasib penjual kue yang penghasilannya nggak seberapa ini masih bisa bersyukur… itu benar-benar luar biasa…
Tuhan membuka mataku untuk melihat, bahwa setiap orang, baik itu kaya atau miskin, bisa tetap bersyukur atas segala kecukupan yang Tuhan berikan….
(Watik mendengarkan ocehan Mpok Lela dengan terheran-heran. Lalu mengangguk-angguk)
WATIK
Ya, Bu… benar juga kata Ibu… Walaupun berpenghasilan pas-pasan, Tuhan selalu mencukupkan aku dan keluargaku, sehingga kami bisa tetap bersyukur dan menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis
(Mpok Lela menggeleng-gelengkan kepala)
MPOK LELA
Ya… Ya… Tuhan memang luar biasa… Yah sudah, ini ambil saja kembaliannya untukmu…
(Mpok Lela berjalan melenggang keluar. Watik menerima uang kembalian dengan senang dan bersyukur)
WATIK
Wuah… terima kasih, Bu…
SELESAI