WELCOME TO MY SITE
maureen-files - Drama Natal 2016
 

Home
Beli Online Buku Anak
Karya Yg Pernah Terbit
Skenario Film Anak
Article dan Inspirasi
Cerpen-Cerber-Dongeng
Panggung Boneka Anak
Drama Anak, Remaja, Umum, Lansia
=> Mari ke Betlehem - drama musical
=> Bersaksi Trus Sampai Tuhan Datang
=> Pergilah ke Seluruh Dunia - Beritakanlah Injil ke Segala Makhluk
=> Versi 2: Pergilah ke Seluruh Dunia - Beritakanlah Injil ke Segala Makhluk
=> Oasis di Tengah Kehidupan
=> Drama Natal 2016
=> Drama untuk Gereja Cimacan
=> Drama Natal Remaja 2016
=> Drama Musical Natal 2014
=> Masa Adven Anak Sekolah Minggu
=> Dramus Natal
=> Kebaktian Alam Terbuka di Ragunan
=> Kebangkitan Kristus Memberi Kekuatan
=> Memuliakan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari
=> Bersyukur Atas Pelayananku
=> Sebuah Pilihan Hidup
=> Bersyukur Atas Pekerjaanku
=> Keluarga di dalam Tuhan
=> Melayani bukan Dilayani
=> Semua Karena AnugrahNya
=> Draft Dramus Natal
=> Natal di Bukit Bahagia - 2014
Contact

MAUREEN'S COPYRIGHT

Tokoh :

Shelly   : pra remaja yang sudah lama tidak ke gereja. Datang ke gereja karena diajak oleh Ita

Ita           : remaja - aktivitis remaja yang saat itu menjabat sie dekor pada acara natal

Boy        : remaja - sie acara yang songong dan belagu

Peter     : remaja - sie perlengkapan/ketua

Setting :

Suasana panggung gereja. Ada meja kecil dengan vas berisi bunga di atasnya. Posisi meja berada di tengah belakang. Beberapa meter di depan meja disediakan mimbar dan beberapa standing mic (untuk pujian atau drama) Di dekat mimbar ada satu meja agak lebar, seolah-olah belum selesai di tata/dekor

*******************************

Ost Ita   : Nah, sudah sampai deh...

Ost Shelly : Wah, gerejanya besar, ya...

Ita           : (masuk panggung) Iya... Jemaatnya sudah ribuan jumlahnya

Shelly   : (berjalan di belakang Ita dengan senyum ceria dan muka bersemangat) Rasanya sudah lama banget aku nggak ke gereja... Terakhir kali ke gereja waktu aku ke sekolah minggu kelas 3 SD...

Untung aku ketemu Kak Ita, jadi bisa ke gereja lagi, deh.... (Matanya melihat sekeliling sambil terkagum-kagum)

Ita           : Nah, betul itu... Malah, kalau kamu tertarik ikut pelayanan, bisa dimulai dengan bantu-bantu dekor natal hari ini... (meletakkan beberapa kantong bawaannya ke lantai dan meja di bagian depan)

Shelly   : Iya... Sepertinya pelayanan menyenangkan juga, ya... Aku juga suka hias-hias dekor panggung... Sewaktu kecil dulu, aku juga pernah ikut drama natal di gereja. Seneng, deh... (ekspresi ceria/senang mengenang masa lalu)

Emangnya Kak Ita bagian apa di panitia natal tahun ini? (berjalan mendekati Ita yang sibuk mengeluarkan barang-barang dari kantong)

Ita           : Aku bagian dekor, Shel... Rencananya sore ini mau pasang hiasan natal di langit-langit gereja. (memperlihatkan hiasan natal – salju kertas atau pohon natal sambil menunjuk lokasi tempat hiasan itu akan digantung di langit-langit gereja)

Shelly   : Wah... asyik, ya... (melihat sekeliling, lalu memperhatikan meja di tengah belakang)

                (menunjuk ke meja di tengah belakang) Hmm... Meja itu, untuk apa, Kak?

Ita           : Ooh... Itu untuk hiasan belakang panggung saja. Nantinya akan ada beberapa orang mengisi pujian dan drama di sini.

Shelly   : (menunjuk tempat orang mengisi pujian dan drama) Di sini? Mejanya jadi tertutup orang-orang yang main drama dan isi pujian, dong?

Ita           : Hmmm... (berpikir)

Shelly   : Sayang, dong... Meja dan bunga itu, jadi nggak kelihatan?

Ita           : Benar juga, yaaa...?! (memperhatikan meja sambil berpikir)

Shelly   : (memperhatikan seisi panggung) Gimana kalau mejanya dipindah di sudut itu saja, Kak... Jadi mejanya tetap terlihat, baik saat ada pengisi acara maupun tidak... (menunjuk ke sudut panggung)

Ita           : Hmm... Boleh juga.... Coba deh, kamu aturin... (menyetujui Ita, lalu berbalik memperhatikan hiasan natal yang baru saja dikeluarkan di atas meja)

Shelly   : (ekspresi muka senang dan bangga) Oke Kak...

Shelly mulai memindahkan meja dan bunga ke sudut, lalu merapikan taplak meja. Ita menyusun hiasan-hiasan natal yang akan dipasang di langit-langit.

Ost Boy : (suara keras menggelegar) Betul Pak. Iya... Jadi jam 5 sudah bisa masuk ke gereja, ya...

Boy        : (masuk panggung sambil menelepon dengan HP - dengan muka serius/sok sibuk) Jadi nantinya meja yang di bagian belakang itu, akan digunakan untuk meletakkan barang-barang pengisi acara....

Peter     : (berjalan di belakang Boy) Meja belakang yang mana? (memperhatikan belakang panggung yang kosong)

Boy        : Itu meja belakang yang ada vas bunganya, noh... (menunjuk lokasi bagian belakang panggung yang kosong – karena meja sudah dipindah Shelly ke sudut)

Boy        : (kaget) Lho? Mana mejanya? Kemarin gue udah taruh meja di sini, lengkap dengan taplak bunga dan vasnya....

Shelly yang sedang menata meja di sudut panggung menengok pelan-pelan ke arah Boy dengan muka kecut. Boy melihat Shelly dan mejanya di sudut panggung

Boy        : (marah/ngomel) Nah, tuh... Kenapa mejanya bisa tau-tau pindah ke situ?

Shelly tampak salah tingkah. Ita menengok ke arah Boy, Shelly, dan Peter dengan muka bingung.

Boy        : (marah/belagu) Siapa yang nyuruh kamu pindahin meja ke situ?

Shelly   : A... a... sa... ya... (terbata-bata)

Boy        : Kamu siapa? Kenapa berani pindahin meja tanpa minta ijin dulu... (suara menegur keras)

Ita           : (menyelak di antara Boy dan Shelly - berusaha menengahi Boy) E-eh... tunggu bentar, Kak Boy...

Boy        : (masih ngomel dengan nada tinggi belagu pada Shelly) Siapa yang ajak kamu ke sini?

Ita           : (suara keras) Kak Boy... Tunggu sebentar... Saya yang ajak Shelly ke sini...

Boy menengok Ita dengan muka masih kurang senang.

Boy        : Oh, kamu... (melihat Ita dari kepala sampai kaki) Ngapain kamu ajak – ajak orang luar masuk ke gereja... terus ngacau sampai pindah-pindahin meja segala....? (ekspresi muka kurang suka)

Ita           : (mulutnya terbuka lalu tertutup lagi lalu terbuka lagi – alias kehabisan kata-kata) Bukan orang luar, Kak... Eh, maksudnya, saya baru saja ajak Shelly untuk bergabung di komisi remaja kita...

Boy mengerutkan kening. Suaranya agak kendor, tapi masih tinggi...

Boy        : Oh, gitu... Tapi kenapa bisa sampai pindah-pindah meja segala, sih?

Ita           : Saya yang kasih ijin, kak... Kan saya bagian dekor... Lagi pula, benar juga ide Shelly... Kalau meja ditaruh di situ, pada saat acara berlangsung akan tertutup oleh orang-orang yang isi acara... Jadi meja dan vas bunganya nggak terlihat....

Boy        : Hmmm... (berpikir / menyimak kata-kata Ita) Tapi harusnya bilang ke saya dulu, dong... Kan saya panitia acaranya... Bisa kacau acara natal nanti, kalau semua main pindah-pindah barang begitu... Posisi meja seperti itu sudah disetujui Pendeta ..., lho (Pendeta yang kotbah hari itu)

Ita           : Tapi...

Shelly mendekati Ita, dan memegang tangan Ita. Muka Shelly kecut, takut, seperti mau menangis.

Shelly   : Maaf Kak... Saya jadi mengacau di sini. Saya pamit dulu saja... (pada Boy)

                (berbisik pada Ita) Saya pulang dulu, ya Kak...

Ita           : (merasa bersalah) Lho, kok pulang...

Shelly   : Iya, saya lupa, tadi janjian mau temani mama ke mal sore ini... Saya pulang dulu ya kak...

Shelly berjalan setengah berlari ke arah pulang (keluar panggung)

Ita           : (memanggil Shelly yang sudah berjalan agak jauh) Tapi, nanti pas natalan, jadi datang kan?

Shelly   : (menengok sambil tersenyum kecut) Mungkin enggak kak.... Saya baru ingat... Pas tanggal itu, ada acara keluarga di Puncak...

Ita           : Jadi... (ekspresi bingung – kecewa)

Shelly   : Nggak datang, Kak... Maaf ya... Selamat Natal... (pergi setengah berlari keluar panggung)

Ita membalikkan badan menghadap Boy dan Peter.

Ita           : Jadi...

Boy dan Peter berpandangan – salah tingkah – merasa bersalah

Ita           : Batal sudah mendapatkan satu jiwa kembali kepada Tuhan di hari Natal ini...

*******

Selesai

*******

Inti penekanan perbedaan atau batasan yang diangkat di cerita ini :

  1. Antara jemaat lama dan jemaat baru (orang luar dibawa masuk)
  2. Antara sie acara dan sie dekor dengan prinsip masing-masing – gaya arogan/ sombong/ egois Boy yang mengatakan bahwa acara bisa berantakan kalau memutuskan sesuatu tanpa seijin sie acara
  3. Antara orang luar yang seharusnya baru tertarik untuk kembali bersekutu kembali dengan Tuhan, akhirnya batal karena karakter anak Tuhan yang sombong dan tidak sesuai dengan yang tertulis di dalam Filipi 2
  4. Karakter Kristen yang seharusnya menjadi saksi bagi orang/masyarakat di sekitarnya tidak terlihat saat sedang bekerja di gereja dengan sombong (ke-akuannya) sehingga membuat orang-orang Kristen baru (yang imannya belum teguh) jadi batal untuk menjadi seorang kristen – penekanan pada karakter sesuai filipi 2

 

Tuhan Yesus yang sanggup memulihkan hidupnya, Andien juga berkesempatan untuk memulihkan keluarganya... menyatukan kembali orang tuanya... dan membawa seisi rumah kembali ke gereja – kepada Tuhan.

 

Tuhan masih mengasihi Andien (yang telah tersesat) dengan mengirimkan Bejo untuk mengingatkannya dan mengembalikannya ke jalan yang benar. (Walaupun dosa kita merah seperti kermizi.... Yesaya 1:18)

 
Today, there have been 90 visitors (134 hits) on this page!
Hai....



Terima kasih sudah mengunjugi websiteku....



Di sini, teman-teman bisa membaca karya-karyaku, baik yang pernah diterbitkan di majalah, dipentaskan di panggung, difilmkan, sampai naskah-naskah yang batal terbit atau batal dipentaskan..



Selamat membaca dan semoga teman-teman menyukainya...



God Bless U All



link to : may-belle.webs.com
ANYONE PLS CONTACT ME AT : maureenmaybelle@yahoo.com This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free