Kisah Mary Jones
200 tahun yang lalu, tidak semua orang bisa membaca Alkitab. Apalagi Alkitab bergambar seperti yang dimiliki anak-anak sekarang ini. Saat itu, hanya orang kaya saja yang bisa mempunyai Alkitab, karena harganya sangat mahal.

Di sebuah kota kecil di Negara Bagian Wales-Inggris, terdapat seorang anak yang sangat senang mendengarkan cerita Alkitab. Namanya Mary Jones. Ia berasal dari keluarga miskin. Orang tuanya hanyalah penenun yang tidak bisa membaca dan menulis.
Walau demikian, Mary kecil sering pergi ke rumah tetangganya yang cukup kaya, untuk mendengarkan cerita-cerita Alkitab. Mary sangat menyukai cerita-cerita di dalam Alkitab. Menurutnya, tidak ada cerita yang lebih bagus daripada cerita-cerita di dalam Alkitab. Maka, ia pun bertekad untuk mempunyai Alkitab sendiri.
“Itu nggak mungkin, Mary Jones. Tidak ada yang menjual Alkitab di kota kita. Satu-satunya toko Alkitab terdekat letaknya sangat jauh dari sini… dan harganya sangat mahal.” Ibu Mary Jones berusaha memberi pengertian.
Tapi itu tidak membuat Mary Jones patah semangat. Ia memutuskan untuk bekerja, agar bisa mendapatkan uang untuk ditabung. Mary memelihara ayam dan menjual telur-telurnya kepada tetangga. Ia juga menanam sayur, lalu menjual hasilnya kepada tetangga-tetangganya. Setelah bekerja keras selama 6 tahun, tabungan Mary pun cukup untuk membeli Alkitab.

Kota Bala, kota terdekat yang menjual Alkitab berbahasa Wales, terletak 40 km dari tempat tinggalnya. Jarak itu harus ditempuh dengan berjalan kaki, melewati gunung dan lembah. Namun itu tidak membuat Mary mengurungkan cita-citanya. “Aku sudah bekerja dan berjuang untuk mendapatkan cukup uang, agar bisa membeli sebuah alkitab. Jadi, berjalan sejauh 40 km bukan masalah untukku. Doakan aku, agar bisa mendapatkan Alkitab yang kuinginkan, ya Bu…” pintanya sebelum berangkat.
Setiba di Kota Bala, Mary bertemu dengan Pendeta Charles, pendeta berwajah ramah yang menjual Alkitab. Tapi, semua Alkitab yang ada adalah pesanan orang lain. Tak ada yang tersisa untuk Mary Jones.
Maka, Mary pun mulai menangis… Ia menceritakan pengalamannya bekerja dan menabung selama 6 tahun, agar bisa membeli Alkitab… serta perjuangannya berjalan kaki sejauh 40 km, agar bisa tiba di kota Bala.
Mendengar itu, Pendeta Charles jadi iba. Alkitab yang sudah dipesan orang pun diberikan untuk Mary Jones.
Kisah perjuangan Mary Jones ternyata tak berhenti sampai di situ saja. Pendeta Charles mengungkapkan perjuangan Mary Jones untuk memiliki Alkitab dalam bahasanya sendiri, pada pertemuan Lembaga-Lembaga Gereja di London. Ia menyimpulkan bahwa besar kemungkinan masih banyak orang – orang lain yang juga merindukan Alkitab dalam bahasa daerahnya masing-masing.
Maka pada tahun 1804, didirikanlah Lembaga Alkitab pertama di Kerajaan Inggris dan Lembaga Alkitab di beberapa Negara lain, termasuk Indonesia. Lembaga Alkitab itulah yang kemudian menerjemahkan Alkitab ke seluruh dunia, termasuk ke Bahasa Indonesia.
.jpg)
************