WELCOME TO MY SITE
maureen-files - Theo Hilang
 

Home
Beli Online Buku Anak
Karya Yg Pernah Terbit
Skenario Film Anak
Article dan Inspirasi
Cerpen-Cerber-Dongeng
=> Surat Tanpa Nama
=> Misteri di Villa Green Island
=> Petualangan : Lily si Topi Lebar
=> Si Pemurung Karen
=> Theo Hilang
=> Petualangan di Lembah Hijau
=> Qiu Qiu si Platipus Kecil
Panggung Boneka Anak
Drama Anak, Remaja, Umum, Lansia
Contact

MAUREEN'S COPYRIGHT

Cerita Petualangan

Diceritakan oleh : Maureen Maybelle

 

 

THEO HILANG

Bagian 1

 

 

Sekolah Minggu baru saja selesai. Rachel mendapat tugas untuk menjagai adiknya, yang baru berumur 3 tahun.

“Tunggu Mama dan Papa sampai kebaktian selesai, ya. Hari ini kebaktian lebih lama dari biasanya, karena akan ada acara gerejawi,“ kata Mama sebelum meninggalkan Rachel dan Theo di kelas sekolah minggu.

Bukan sekali ini, Rachel ditugasi untuk menjagai Theo. Alasannya selalu sama, “Theo kan masih kecil, Rae. Kamu sebagai kakak, wajib menjaga dan melindungi adikmu…” begitu selalu pesan Mama pada Rachel, apabila Rachel mulai bersungut-sungut kalau mendapat tugas menjagai adiknya.

            Rachel duduk di atas sebuah undak-undakan batu, di pinggiran gereja. Di depannya terlihat beberapa teman sekolah minggunya asyik bermain-main, dan jajan sepuasnya. Sesekali Rachel melambaikan tangan pada beberapa teman sekolah minggu yang ia kenal. Mereka tidak punya tugas menjagai adik, seperti dia. Uh, rasanya Rachel ingin sekali bisa seperti mereka.

            Theo duduk dengan manis di sebelahnya. Tiba-tiba, dilihatnya tukang es krim menjajakan dagangannya. Tangannya seketika mengamit lengan Rachel, sambil berseru riang, “Kakak, aku mau es krim!“

            Rachel melirik tukang es krim yang berjalan mendekat ke arahnya. Tukang es krim itu mendekat karena mendengar seruan Theo.

            “Es krim, Dik…“ sapa sang penjaja es krim.

            Wajah Theo yang polos tampak berseri-seri. Ia menengok Rachel sambil tersenyum, menunggu Rachel mengucapkan kata , ‘ iya, Bang… es-nya dua…’

            Tetapi Rachel malah cemberut sambil menggeleng.

            “Nggak, Bang!“ jawab Rachel sambil menelan ludah. Sebenarnya Rachel juga ingin es krim. Tetapi, Mama sudah berpesan, agar mereka tidak jajan sembarangan. Dan Theo, sering terkena radang tenggorokan, jadi, ia tidak boleh memakan makanan yang bisa membuat penyakitnya kambuh.

            Wajah Theo yang ceria, seketika berubah menjadi muram. Termasuk sang penjaja es krim yang seketika berbalik arah, tidak jadi menjajakan es krimnya.

            “Tapi, kakak,“ rengek Theo, dengan wajah mau menangis, “Aku mau es krim… dikiiit… saja…”

            “Bandel, ya! Kalau sudah dibilangin tidak, ya tidak!“ ucap Rachel setengah membentak. “Nggak ngerti orang lagi sebel, nih, si Theo,” batin Rachel.

            Theo diam. Ia paling takut kalau dibentak kakaknya. Ia tidak lagi merengek es krim. Kembali duduk dengan manis. Tapi matanya terus mengikuti sang penjaja es krim. Sesekali ia melirik kakaknya, disebelahnya.

            Tiba-tiba seseorang menepuk punggung Rachel, “Hai Rachel…, ngapain kamu di sini? “

            “Ei, Melly… Menunggu Papa dan Mamaku selesai kebaktian, sambil menjagai Theo…” jawab Rachel berusaha ceria.

            Melly, melirik Theo sekilas, lalu berkata, “ Iih… nggak enak banget, ya, punya adik. Jadi harus nungguin. Jadi nggak bisa main-main… “

            Rachel tersenyum kecut, tidak menjawab.

            “Nih… aku punya kue, mau nggak? Tadi aku beli di depan gereja…” lanjut Melly, menawarkan makanan yang dibawanya.

            Mata Rachel berbinar menatap makanan yang ditawarkan Melly. Kue sus mini kesukaannya. “Boleh minta dua? Satu untuk aku, satu lagi untuk Theo, adikku…” Tanya Rachel.

            Melly mengangguk sambil tersenyum. “Boleh, ambil saja…“

            Rachel menyomot dua potong kue sus mini. Satu ia masukkan ke dalam mulutnya, dan yang sepotong lagi akan ia berikan kepada Theo.

            “Theo, kue sus ini untukmu… “kata Rachel, sambil berbalik, menyerahkan sepotong sus mini kepada adiknya.

            Tetapi…

            “Theo ?!“ pekik Rachel kaget. Theo tidak ada di sebelahnya. Rachel menengok ke kiri kanan depan belakang, mencari Theo, adiknya. Tetapi, si kecil Theo benar-benar raib. Tidak terlihat di mana pun juga.

            “Oh my God! Theo hilang!“ seru Rachel pucat dan panik.

            “Tadi masih di situ, kan, Rae… Kemana kira-kira perginya, ya…“ ujar Melly pelan.

            Rachel tidak menjawab. Ia bangkit berdiri dan segera berjalan lambat-lambat, sambil berteriak-teriak, “ Theo… Theo … Theo….”

 

Bersambung

Maureen May, Okt 2007

 

THEO HILANG

BAGIAN 2

 

Rachel berjalan di antara banyak orang. Pelataran gereja dipenuhi oleh banyak orang, dari anak kecil, orang dewasa, sampai kakek nenek pun ada. Mereka punya kesibukan masing-masing. Ada sekelompok paduan suara gereja berkumpul di pojokan. Sekelompok anggota lansia, berkerumun di dekat pintu gereja. Anak-anak dari Komisi Pemuda Remaja, ada juga. Rachel yang bertubuh kecil di antara sekian banyak orang bertubuh tinggi, tidak berhasil mencari Theo. Adik kecilnya itu benar-benar lenyap tidak berbekas.

Setiap orang yang Rachel kenal, ditanyai , “ Pak, lihat Theo adik saya, tidak?” Atau , “Tante, lihat Theo adik saya?” atau “ Oma, lihat Theo adik saya?”

Tetapi, jawabannya tetap sama, “ Tidak!”

Rachel bertambah pucat. Ia benar-benar ketakutan. Belum lama ini ia mendengar kabar tentang maraknya penculikan anak kecil. Jangan-jangan adiknya diculik. Lalu, nanti, penculiknya akan menghubungi Papanya, untuk meminta tebusan puluhan atau ratusan juta rupiah… Iiih, Rachel bergidik ngeri. Rachel tidak mau itu terjadi. Rachel panic. Ia bingung. Sangat bingung!

“Jangan-jangan, adikmu di culik, Rae…” ujar Melly.

“Itu juga yang aku pikirkan, Mel…” kata Rachel panic, “Sekarang, apa yang harus kita lakukan?”

“Kita lapor saja ke Satpam gereja!” saran Melly.

 

 

 

Bersambung

 

THEO HILANG

BAGIAN 3

 

Ringkasan yang lalu:

Rachel dan Melly mencari Theo ke semua tempat di gereja, tetapi tidak ada hasilnya. Mereka juga sudah menghubungi satpam dan sekretariat gereja, untuk meminta pertolongan dan bantuan. Tetapi Theo tetap saja raib. Di manakah Theo? Benarkah ia dibawa oleh wanita berkerudung menyeberang jalan, atau…. Dalam keadaan putus asa, Rachel teringat untuk meminta pertolongan pada Tuhan Yesus di dalam doa.

 

 

Sesudah selesai berdoa, Rachel merasa lebih tenang.

“Kamu yakin dengan berdoa saja Theo akan ketemu?“ Melly menatap Rachel ragu-ragu.

“Bukan begitu, tapi aku yakin Tuhan akan memberi kita hikmat dan menolong kita sampai Theo ditemukan.”

Tiba-tiba terlintas dalam benak Rachel permintaan Theo sebelum ia menghilang, Ia ingin es krim!

“Es krim!” pekik Rachel.

“Es krim?” Melly mengerutkan keningnya. Apa hubungannya antara es krim dangan hilangnya Theo?

“Melly, aku rasa, kita bisa menemukan Theo. Bantu aku mencari tukang es krim!” seru Rachel.

Walaupun heran dengan sikap Rachel, Melly menurut saja. Ia pun ikut berkeliling mencari tukang es krim.

“Nah, itu dia tukang es krimnya!” seru Rachel menunjuk ke arah seorang penjaja es krim di sudut gereja, “Tapi, aku tidak melihat Theo….”

“Theo tidak ada juga di situ,” gumam Rachel lemas.

Melly malah sibuk mencari-cari tukang es krim yang ditunjuk Rachel.

“Mana, Rae, mana tukang es krimnya? Aku tidak melihat siapa sia… aaaaa…. Itu… Theo!” Melly berseru kegirangan.

“Kamu melihat Theo, Mel?” semangat Rachel yang sudah pudar kini bangkit kembali, “Mana? Mana Theo?”

“ Itu, tuh! Itu dia yang berjongkok di sana,” Melly menunjuk-nunjuk., “Ayo, kita ke sana!”

Keduanya pun setengah berlari, menuju ke tempat yang di tunjuk Melly.

“Itu Theo, ‘kan?“ Melly menunjuk seorang anak kecil yang duduk meringkuk, menatap tukang es krim dengan pandangan mata memelas.

“Theo!” pekik Rachel histeris.

Theo menengok. Ia menatap Rachel dengan terheran-heran, mengapa Rachel memanggilnya dengan histeris.

“Theo sayang, ke mana saja kamu? Kakak mencarimu ke mana-mana,” seru Rachel hampir menangis, memeluk adik yang ia sayangi.

Melly menatap kedua kakak-beradik yang sedang berpelukan itu dengan rasa haru. Dalam hati ia mulai berubah pikiran, sepertinya punya adik asyik juga.

“Aku yakin, Tuhan Yesus sudah menolong kita menemukan Theo, Mel. Tidak ada kejadian yang kebetulan, ‘kan?” kata Rachel. Ia sangat bersyukur adiknya berhasil ditemukan.

“Yah. Ternyata doamu yang singkat dan sederhana itu ada hasilnya, ya?” Melly belajar, bahwa segala sesuatu menjadi lebih mudah bila berdoa.

Rachel, Melly, dan Theo berjalan kembali ke tempat mereka duduk, yaitu undak-undakan di dekat gereja. Ternyata, di sana sudah ada Mama dan Papa, beberapa orang jemaat gereja kenalan mereka, serta dua orang satpam gereja. Wajah mereka terlihat tegang.

“Mama, Papa, kalian sudah selesai?“ sapa Rachel.

Papa dan Mama membalikkan tubuh mereka mendengar panggilan Rachel.

“Apa yang sudah terjadi, Rae? Katanya Theo hilang… “ Mama langsung menjawab sambil membalikkan badan menghadap Rachel, “ Theo….”

“Theo?” seru Papa tidak kalah terkejut. “Sepertinya ia baik-baik saja… Kenapa dikabarkan hilang?”

Rachel mengernyitkan keningnya. Berarti ia harus menjelaskan semua kejadian satu per satu, karena Papa dan Mama sudah terlanjur tahu. Padahal sebenarnya, Rachel tidak ingin menceritakan kejadian itu kepada Papa dan Mama. Rachel tahu bahwa ia salah dan ia sudah berjanji di dalam hatinya, bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan yang terutama Rachel berjanji untuk menyayangi adiknya.

 

selesai

           

 

 

 

 
Today, there have been 42 visitors (63 hits) on this page!
Hai....



Terima kasih sudah mengunjugi websiteku....



Di sini, teman-teman bisa membaca karya-karyaku, baik yang pernah diterbitkan di majalah, dipentaskan di panggung, difilmkan, sampai naskah-naskah yang batal terbit atau batal dipentaskan..



Selamat membaca dan semoga teman-teman menyukainya...



God Bless U All



link to : may-belle.webs.com
ANYONE PLS CONTACT ME AT : maureenmaybelle@yahoo.com This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free